fadlyboiz

Minggu, 27 Mei 2012

PENYAKIT GUNUNG



Suhu udara gunung-gunung di Indonesia berkisar antara 12-7 derajat celcius. Dengan perlengkapan yang baik, suhu udara seperti ini sebenarnya tidak terlampau dingin. Tetapi adalah kenyataan, bahwa kematian yang banyak terjadi di gunung Indonesia disebabkan karena udara yang dingin ini. Penyebabnya tak lain adalah perlengkapan yang kurang, terutama untuk menahan hujan. Pakaian yang basah dan badan yang tak terlindung dari angin adalah penyebab utama kecelakaan itu. Pakaian yang basah mengurangi nilai insulasi (kemampuan menahan panas) sampai 90%.

Di Indonesia kecelakaan yang banyak terjadi adalah exposure (kehilangan panas badan), terutama disebabkan karena hipotermia (menurunnya suhu badan). Masalahnya ternyata bukan karena udara gunung yang dingin, tetapi karena badan yang basah karena hujan. Suhu badan yang menurun hingga 20 derajat Celcius akan menyebabkan kematian seseorang.

Orang yang terkena hipotermia menunjukkan gejala-gejala : menggigil secara berlebihan, berbicara kacau, lambat, membuat gerakan-gerakan ngawur, berkurang ingatan dan berfikir sistematis, jalan sempoyongan dan kaki sering tersandung, tampak letih sekali, susah berdiri walau baru istirahat dan mengantuk terus.

Apa yang harus kita lakukan bila melihat gejala-gejala tersebut? Pertama, usahakan agar kita tidak tertidur. Tidur membuat kita kehilangan kesadaran, sehingga badan tak mau lagi menghangatkan diri. Biarkanlah badan menggigil karena gerakan ini menghasilkan panas yang setara dengan lari-lari kecil atau dua batang coklat ukuran sedang yang dimakan setiap jam. Ini adalah usaha secar biologis dari badan kita untuk tetap mempertahankan suhu badan.

Segeralah memakai pakaian kering. Hindari tempat yang banyak angin. Kalau mungkin, buatlah api unggun untuk menghangatkan badan. Dirikanlah tenda atau bivak, lalu masuk ke kantung tidur. Letakkan alas tidur yang kering sebelum berbaring. Jangan biarkan badan dipengaruhi dinginnya tanah. Usahakan untuk memasak air dan makanan, terutama yang manis dan mengandung banyak hidrat arang. tetap bertahan hingga suhu badan normal.

Semakin tinggi suatu daerah, semakin tipis kadar oksigennya. Ini mempengaruhi aktivitas seorang pendaki gunung karena hipoksia (kekurangan oksigen). Kapasitas kerja fisik akan menurun. Memang tidak semua pendaki gunung akan mengalami hal yang sama, karena pengaruh kekurangaan oksigen itu tergantung pada masing-masing individu, terutama kesegaran jasmaninya. Ada pendaki gunung yang sudah terkena pengaruh pada ketinggian 200 meter, tetapi ada yang baru merasakannya pada ketinggian 4000 meter.

Pendaki yang terkena pengaruh hipoksia akan memperlihatkan gejala-gejala yang disebut penyakit gunung (mountain sickness). Biasanya gejala ini muncul karena si pendaki gunung terlalu cepat mencapai suatu ketinggian. Munculnya pun setelah beberapa jam setelah si pendaki mencapai ketinggian itu. Kumpulan gejala itu adalah sakit kepala, sesak nafas, tidak nafsu makan, mual, muntah, diare, sakit perut, kemampuan mental dan ketajaman berfikir menurun, badan terasa lemas, perasaan malas sekali, tidak dapat tidur, tangan dan bibir menjadi biru dan denyut jantung berdenyut lebih cepat daripada biasanya. Biasanya gejala-gejala ini akan menghilang setelah beristirahat selama 24 jam sampai 48 jam. Kalau ini tidak berhasil, maka penanggulangan yang tepat adalah secepatnya turun dan mengurangi ketinggian. Kalau sudah begitu umumnya gejala-gejala itu akan berkurang setelah turun sekitar 500 atau 600 meter dari kektinggian semula.

0 komentar:

Posting Komentar | Feed

Posting Komentar



 

TEMPLATES AND HACKS

FadLy BoiZ Copyright © 2009 Premium Blogger Dashboard Template Designed by SAER